aku pernah menulis gelisah pada sehamparan awan
ini pun bila kau mau membacanya
bila kelak kau mengingatnya, maka
kucukupkan dengan rubaiyat: aku mencintaimu kembali
mungkin masih seperti ini, tak pernah usai
kita dengan pagi yang sama sunyi: nyeri dan perih
duka yang tak kunjung mengeja lirih
memikati kata-kata, memuisi
yah, mungkin pula akan selalu begini, katamu
kita dengan kabut pagi yang lebih kental dari pahit kopi
sebab kuyakini: yang tak pernah menolak adalah kata-kata
kepadamu,
aku memadu angin di kolong langit
menyanyi sunyi di pekat jerit
kendari, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar